Thursday 3 November 2016

NGOPI DARAT BERSAMA GOOGLEADSENSE

Setelah sekian lama menunggu akhirnya telah tiba penantian panjang.. hehehe

Googleadsense uda mengirimkan PIN tinggal menunggu saatnya pencairan perdana.

Sunday 16 October 2016

TATA CARAH MENGURUS BUKU NIKA

Mempersiapkan pernikahan dengan matang sangatlah perlu agar hasil nya memuaskan salah satunya untuk buku nika yang di keluarkan oleh KUA.
1. Surat rekomendasi dari kepala desa atau kelurahan
2. Surat yang di keluarkan oleh KUA setempat kecamatan atau kelurahan
3. Surat yang di keluarkan kepala desa atau kelurahan tempat calon mempelai wanita
4. Surat imunisasi yang di keluarkan oleh poskesmas calon mempelai wanita
5. Jika semua syarat sudah terpenuhi baru ke KUA tempat calon mempelai wanita untuk persiapan mengeluarkan buku nika.


Demikian beberapa tata carah mengurus buku nika untuk calon pasangan suam istri yang sah menurut hukum pemerintahan
Selamat mencoba yaaa untuk calon pasangan suam istri






Saturday 1 October 2016

DESAIN UNDANGAN TERBARU

            Persiapan pernikahan sangatlah penting dan harus di rencanakan dengan matang agar hasil nya memuaskan Hal ini tidak terkecuali desain undangan yang akan kita pergunakan untuk membuat undangan pernikahan. terutama kita akan membuat sendiri undangan pernikahan tersebut untuk meminimal kan biaya pernikahan. hal-hal yang kita perhatikan dalam membuat undangan itu sendiri
1. Kita harus menyiapkan bajet karena kita akan memili kertas mana yang akan kita pergunakan              untuk undangan
2. Kita memili kertas yang akan kita pergunakan sesuai dengan selera kita dan pasangan
3. Memili desain undangan agar tampak menarik keluarga atau teman-teman yang akan kita undang       nanti nya
4. Kita memulai persiapan pencetakan. 
Persiapan pencetakan terdiri dari: 
A. Perinter yang berkualitas agar hasil cetakan maksimal 
B. Kalo bisa laptop sendiri supaya tidak ada yang otak-atik desain yang kita buat 
C. Desain undangan bisa di Microsoft Word


Itulah beberapa tips desain undangan untuk info lebih lanjut silahkan hubungi kontak kita hehehe




REMAJA MAIN PASIR SAMPAI TENGGELAM


Tuesday 13 September 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KEDELAI PADA PENGUSAHA TAHU KOTA BENGKULU

I.   PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kedelai adalah keluarga polong-polongan. Kacang ini sudah tumbuh sejak 3500 tahun yang lalu. Jenis tanaman ini termasuk jenis kacang-kacangan yang sering diproduksi untuk dijadikan bebrapa jenis bahan makanan. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak ada dua spesies glycine max disebut kedelai putih, yang biji nya berwarna kuning, gak putih atau hijau. dan glycine soja kedele hitam berbiji hitam. G.max adalah tanaman asli daerah asia subtropik seperti RRC dan jepang selatan. Sedangkan g.soja merupakan tanaman asli asia tropis seperti asia tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke jepang,korea,asia tenggara, dan indonesia. Jenis olahan kedelai yang banyak diindonesia adalah seperti kecap, tahu, dan tempe.
Dan kedelai diindonesia dikenal berbagai nama yakni sojaboom, soja,soja bohne, soybean, kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepung, kacang dekenana, demekun, dele, kadele, kadang depun, lebui bawak, dan kacang kuning. Dari berbagai nama kedele tadi menunjukan kacang kedelai sudah lama diindonesia.
Dan hampir semua masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai dan tanaman ini menguntung kan baik bagi petani maupun pembuat tahu,tempe,kecap, dan susu dari kedelai.
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung.
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.
Pada awalnya tanaman kedele merupakan tanaman sub tropika hari pendek,
namun setelah didomestikasi dapat mengghasilkan banyak kultivar lokal.
Para pemulia tanaman pun telah mengintroduksi kultivar yang dapat beradaptasi
terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam dimana saja adalah
keunggulan utama tanaman ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Dan kedele merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang digunakan sebagai sumber protein diindonesia (sumarno, 1983) peningkatan produksi kedele dari tahun ke tahun tercatat belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat juga setiap tahunnya akibat peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data badan pusat statistik ( bps) produksi kedele pada periode 1978-2008meningkat sebesar 2,08% per tahun. Peningkatan produksi kedele pertahun disebabkan karna meningkatnya produktifitas kedelai rata-rata 1,49% per tahun serta meningkatnya luas areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56% per tahun.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur.  Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik.  Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi permintaan kedelai pada pengusaha tahu di bengkulu?
2.      Bagaimana cara mengtasi kurangnya pasokan kedelai dikota bengkulu?
3.      Bagaimana caranya pengusaha tahu dalam memenuhi permintaan akan tahu?

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola permintaan kedelai dikota bengkulu.
1.4.Manfaat Penelitian
1.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai dikota bengkulu.
2.untuk mengatasi kurang pasokan kedelai dikota bengkulu.
3. untuk menstabilkan permintaan kedelai pada pengusaha tahu dikota bengkulu.
Bagi peneliti, studi lapang ini bermanfaat untuk melatih kemampuan analisis dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sekaligus diharapkan menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan baru.

1.5. Kerangka Pemikiran
          Dalam kamus ekonomi (Sudarsono, 1985 dalam Erdeti, 2003) disebut bahwa yang dimaksud dengan konsumsi adalah penggunaan akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi dapat dikatakan tidak hanya terdiri dari barang yang dapat dimana dan diminum, tetapi semua barang dan jasa yang menjadi kebutuhan bagi manusia baik kebutuhan jasmani atau rohani.
    Sudarsono (1985) dalam Erdeti (2003) mengemukakan bahwa pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga disebut pengeluaran konsumsi. Pengeluaran konsumsi meliputi semua pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Harga kedelai sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan kedelai hal ini dikarnakan kedelai merupakan bahan pokok untuk pembutan tahu, permintaan akan kedelai belakangan ini sangat pesat beberapa tahun terakhir ini relatif sangat tinggi, terutama untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk industri, hal ini lah yang menyebabkan indonesia melakukan impor dari tahun ke tahun, dan harga kedelai juga dipengaruhi oleh harga kedelai domestik harga kedelai luar negeri, nilai rupiah terhadap dolar amerika dan adanya penetapan tarif impor.
Dan untuk meningkatkan produktivitas kedelai dalam negeri agar indonesia tidak terlalu bargantung terhadap kedelai dari luar negeri yaitu melalui peningkatan luas areal panen dan peningkatan produktivitas.
             Permintaan akan kedelai
 


    Permintaan industri
                                                           
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Produksi domestik
Harga kedele domestik
Harga kedele luar negeri
Selera dan kualitas kedelai
harga


 








II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aspek Permintaan
     Permintaan  akan sesuatu barang adalah jumlah barang yang sanggup dibeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Pengertian permintaan dilandasi oleh asumsi ceteris paribus. Asumsi ini menganggap faktor selain harga yang juga menentukan jumlah yang diminta dianggap tidak berubah. Apabila faktor tersebut berubah, akan terjadi perubahan permintaan. Pergeseran ke kanan kurva permintaan menunjukkan permintaan naik dan pergeseran ke kiri kurva permintaan menunjukkan permintaan turun. (Anonim, 2011)

           
2.2. Tiori Permintaan
Menurut Pappas dan Hirschey (1995), permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu.
sebagai berikut :
QDK = f (PK, PS, I, S, PD)..
dimana :
QDK = Permintaan Komoditi
PK = Harga komoditi itu sendiri
PS = Harga komoditi lain
I = Pendapatan
S = Selera
PD = Populasi Penduduk
1. PK = Harga komoditi itu sendiri
Dengan asumsi cateris paribus, peningkatan harga komoditi yang bersangkutan akan menurunkan permintaannya, dan sebaliknya. Permintaan dan harga komoditi yang bersangkutan memiliki hubungan yang negatif.
2. PS = Harga komoditi lain
Perubahan harga komoditi substitusi akan mempengaruhi permintaan atas komoditi yang bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditi substitusi akan meningkatkan permintaan atas komoditi yang bersangkutan, dan sebaliknya.Sedangkan perubahan harga barang komplementer dapat mengubah permintaan komoditi yang bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi harga barang komplementer, semakin rendah permintaan atas komoditi yang bersangkutan.
3. I = Pendapatan
Kenaikan pendapatan cenderung meningkatkan permintaan untuk komoditi yang berupa barang normal, dan sebaliknya.
4. S = Selera
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap permintaan adalah selera.Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan meningkatkan permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu.
5. PD = Populasi Penduduk
Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan atas suatukomoditi. Hal ini diakibatkan semakin banyak jumlah penduduk maka semakinbanyak konsumen yang menginginkan suatu komoditi.



2.3.Produksi
Lipsey (1993) mengatakan bahwa produksi adalah tindakan dalam
membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa. Dalam pertanian, proses
produksi begitu kompleks dan terus menerus berubah seiring dengan kemajuan
teknologi. Tidak ada produk yang dihasilkan dengan menggunakan satu input.
Dalam produksi banyak digunakan input-input untuk menghasilkan output.
2.4.Konsep dan variabel
Pada prinsipnya penawaran kedelai tergantung kepada dua variabel yaitu
luas areal panen dan produktivitas. Penurunan luas areal produksi yang
disebabkan oleh penurunan harga riil kedele, persaingan dengan komoditi lain,
dan lebih rendahnya harga riil kedelai impor dibanding harga riil kedelai lokal
akan mengakibatkan penurunan luas areal panen. Sedangkan produktivitas kedelai
masih rendah dan cenderung stagnan. Rendahnya produktivitas ini disebabkan
oleh belum populernya penggunaan benih bermutu dan bersertifikasi, kemudian
jenis areal lahan yang bermasalah dalam hal ketersediaan air, gangguan hama
penyakit, waktu tanam yang belum tepat, serta belum sempurnanya penerapan
teknologi oleh petani.
Sementra itu karna jumlah penduduk semakin meningkat maka berimplikasi terhadap peningkatan permintaan kedele sebagai sumber pangan.
Selain itu meningkatnya kebutuhan kedele juga disebabkan oleh berkembangnya
berbagai industri pengolahan yang menggunakan bahan baku kedelai, seperti

industri tahu dan kecap.

Friday 1 July 2016

HASIL PENERIMAAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI KELAPA SAWIT

IMPUAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di Desa Talang Durian, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut.
1.         Rata-rata penerimaan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian adalah   sebesar Rp. 8.527.404,36 per bulan yang terdiri dari penerimaan usahatani sawit sebesar Rp. 6.662,173,59 per bulan dengan persentase sebesar 78,13%, penerimaan non usahatani sawit (karet) sebesar Rp 1.353.179,49 per bulan dengan persentase 15,87%, untuk total penerimaan pertanian sebesar Rp. 8.015,353,08 dengan persentase 94,00% dan penerimaan non pertanian sebesar Rp. 512.051,28 dengan persentase sebesar 6,00%.
2.         Rata-rata total pengeluaran rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian yaitu sebesar Rp. 4.004.282,46 per bulan yang terdiri dari pengeluaran pangan sebesar Rp. 1.963.333,74 dengan persentase sebesar 49,03% dan pengeluaran non pangan sebesar Rp. 2.040.948,72 dengan persentase sebesar 50,97%. Pengeluaran Rumah Tangga Petani di Desa Talang Durian lebih banyak di alokasikan untuk memenuhi kebutuhan non pangan dibandingkan memenuhi kebutuhan pangan.
6.2 Saran
1          Diperlukan solusi untuk menangani tingkat penerimaan dan pengeluaran rumah tangga petani kelapa sawit. Meningkatkan penerimaan rumah tangga dari sektor usahatani sawit, non usahatani sawit dan non pertanian agar lebih produktif. Sedangkan pengeluaran pangan rumah tangga petani agar di perhatikan pengeluaran rokok, karena pengeluaran rokok hampir sama dengan pengeluaran padi-padian (beras). Dan pengeluaran non pangan agar dapat di perhatikan lagi untuk Ansuran Kredit Motor dan Bank karena pengeluaran ini lebih besar dari pengeluaran yang lain.  
2.         Saran untuk peneliti selanjutnya, supaya memberi masukan kepada petani agar petani lebih mengetahui untuk mengelolah usahatani. Dan peneliti lebih teliti untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran setiap bulannya.

3.         Saran untuk petani, diharapkan rumah tangga petani mampu menyesuaikan penerimaan dan pengeluaran agar tetap seimbang dengan mempehitungkan biaya-biaya produksi yang akan di keluarkan. Dan memperhatikan jenis-jenis pengeluaran yang penting untuk dikeluarkan.

KAJIAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI KELAPA SAWIT DI DESA TALANG DURIAN BAB 5

V
V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat dari responden yang diamati. Tujuan dari mengetahui karakteristik responden ialah untuk mengetahui kondisi serta keadaan dari responden yang akan diamati, karakteristik responden merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian. Karakteristik responden usahatani kelapa sawit yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman kerja. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik responden usahatani kelapa sawit di Desa Talang Durian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Kelapa Sawit
Karakteritik
Petani
Petani Kelapa Sawit
Jumlah
Persentase (%)
Rata-Rata
Umur (Thn)



46,23
<  40
12
30,77
40-53
17
43,59
 >  53
10
25,64
Pendidikan formal (Thn)



10,00
                             <  8
  9
23,08
8-10
  8
20,51
> 10
22
56,41
Jumlah Anggota Keluarga (Org)



 4,28
3-4
24
61,54
5-6
15
38,46
Pengalaman (Thn)



10,28
                           <  10
11
28,21
                          10-11
19
48,72
                           >  11
  9
23,08
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
5.1.1   Umur
Tingkat produktivitas kerja petani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur petani. Pada umumnya usia produktif petani dapat menghasilkan kerja yang maksimal. Menurut Mubyarto (1989), bahwa umur seorang yang berkisar 15-64 tahun termasuk dalam golongan produktif. Dinyatakan juga bahwa seseorang pada usia produktif akan memberikan hasil yang maksimal jika dibandingkan pada usia di bawah produktif.
Rata-rata umur petani kelapa sawit yaitu 46,23 tahun dan untuk persentase terbesar jumlah petani kelapa sawit adalah pada rentang umur 40-53 tahun. Bila dilihat dari keadaan umur tersebut, diharapkan petani kelapa sawit di Desa Talang Durian akan melakukan usahanya secara optimal sehingga produksi kelapa sawit yang diharapkan dapat maksimal. Petani yang berada pada usia produktif tentunya masih mempunyai kemampuan yang optimal, yang lebih baik dalam berfikir dan bertindak untuk melakukan segala sesuatu kegiatan.
5.1.2   Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan dalam keberhasilan suatu usaha. Pendidikan seseorang umumnya mempengaruhi cara dan pola fikir dalam mengelola usahanya dan akan berpartisipasi aktif juga dalam suatu kegiatan. Dengan adanya pendidikan formal ini diharapkan dapat membentuk sebuah pola fikir yang maju dan realitas sehingga dapat membawa kemajuan bagi dirinya. Menurut Mosher (1996) pendidikan formal bertujuan untuk mempersiapkan diri seorang petani untuk memasuki hidup sekarang maupun masa yang akan datang.
Berdasarkan Tabel 10 di atas bahwa rata-rata pendidikan formal yang ditempuh petani kelapa sawit adalah 10 tahun atau setara dengan tingkat pendidikan SLTA. Persentase terbesar jumlah petani kelapa sawit pada rentang pendidikan >10  tahun. Bila dilihat dari tingkat pendidikan formal tersebut, dapat dikatakan bahwa petani kelapa sawit di daerah penelitian memiliki tingkat pendidikan yang cukup. Pendidikan sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan petani, karena secara tidak langsung akan berpengaruh pada tingkat adopsi dan penerapan teknologi oleh petani
5.1.3   Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang dibebankan kapada kepala keluarga biasanya terdiri dari istri, anak-anak, orang tua dan anggota keluarga lainya selain kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan dapat memberi motivasi bagi petani sebagai kepala keluarga untuk dapat menghasilkan produksi seoptimal mungkin supaya mendapatkan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kelapa sawit adalah 4 orang atau berkisar 3-4 orang. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh pada tingkat pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan sebaliknya. Secara tidak langsung hal ini memberikan motivasi yang kuat bagi petani kelapa sawit untuk berupaya meningkatkan kegiatan usahanya sehingga kebutuhan keluarga terpenuhi. Menurut Soekartawi (1995), jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap tingkat adopsi. Tingginya jumlah anggota keluarga mengindikasikan bahwa petani  dapat melakukan adopsi teknologi guna mencukupi kebutuhan keluarganya. Disisi lain, anggota keluarga yang banyak diharapkan mampu membantu dalam sumbangan tenaga kerja dalam keluarga. Suatu inovasi baru dalam usaha tani, anggota keluarga dapat menjadi tenaga kerja yang memberikan sumbangan tenaga dalam melaksanakan inovasi baru tersebut.
5.1.4   Pengalaman
Pengalaman dalam melakukan usahatani kelapa sawit menunjukan lamanya petani dalam melakukan usahanya. Pengalaman ini akan membantu petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan usahatani kelapa sawit pada periode hasil produksi berikutnya. Petani selalu belajar dari pengalamanya sehingga mempunyai gambaran tentang apa yang akan dilakukan demi peningkatan hasil produksi berikutnya.
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata pengalaman petani kelapa sawit adalah 10  tahun, dari Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa persentase terbesar jumlah petani kelapa sawit pada rentang 10-11 tahun hal ini berarti pengalaman dalam melakukan usahatani kelapa sawit akan memberikan pengetahuan yang lebih luas dalam melakukan kegiatan usahatani kelapa sawit. Petani yang berpengalaman akan lebih efisien dan produktif dalam mengelola usahanya dibandingkan dengan petani yang belum berpengalaman, karena petani tersebut mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan usaha pertanian kelapa sawit berdasarkan dari pengalaman sebelumnya yang sudah pernah dilakuka. Menurut Malcolm dan Mackham (1986) menyatakan bahwa pengalaman dalam melakukan usaha banyak memberikan kecendrungan bahwa petani bersangkutan memiliki keterampilan yang relatif tinggi begitupun sebaliknya. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pengalaman berusahatani sudah cukup lama.

5.2 Penerimaan Rumah Tangga Petani
Penerimaan rumah tangga petani kelapa sawit sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah produksi total dengan harga yang berlaku di pasaran. Petani dan keluarganya membutuhkan sejumlah dana untuk membiayai kebutuhan hidupnya (biaya hidup). Biaya hidup ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari sumber usahatani sawit, non usahatani sawit serta penerimaan dari non pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Penerimaan rumah tangga di Desa Talang Durian Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Penerimaan Rumah Tangga Petani Desa Talang Durian
No
Jenis Penerimaan RT
Rata-Rata (Rp/Bln)
Persentase (%)

RT Petani Dengan Sumber Penerimaan Pertanian dan Non Pertanian


1
Usahatani Sawit
6.662.173,59
78,13
2
Non Usahatani Sawit (Karet)
1.353.179,49
15,87
3
Total Penerimaan Pertanian (1+2)
8.015.353,08
94,00
4
Non Pertanian
   512.051,28
   6,00
5
Total Pertanian & Non Pertanian (3+4)
8.527.404,36
           100,00
Sumber: Data primer diolah, 2014 (Lampiran 5)
Penerimaan yang diperoleh petani kelapa sawit di Desa Talang Durian  yaitu berasal dari sektor usahatani sawit, non usahatani sawit dan sektor non pertanian. Berdasarkan Tabel 11 masing-masing sumber penerimaan memiliki rata-rata yang berbeda-beda yakni untuk usahatani sawit memiliki rata-rata sebesar Rp. 6.662,173,59 per bulan dengan persentase sebesar 78,13%, kemudian untuk rata-rata non usahatani sawit (karet) sebesar Rp. 1.353.179,49 per bulan dengan persentase 15,87%. Total rata-rata penerimaan dari pertanian adalah Rp. 8.015,353,08 per bulan dengan persentase 94,00%, sedangkan untuk penerimaan dari sektor non pertanian yaitu rata-rata penerimaan Rp. 512.051,28 per bulan dengan persentase sebesar 6,00%. Penerimaan rumah tangga yang paling tinggi adalah dari usahatani kelapa sawit. Karena usahatani kelapa sawit merupakan usaha pokok sedangkan penerimaan non usahatani sawit dan non pertanian sebagai usaha sampingan hal ini dikarenakan tidak semua petani memiliki usaha tersebut dan luas lahannya lebih kecil dibandingkan usahatani sawit, luas lahan usahatani sawit di daerah penelitian rata-rata sebanyak 3,18 Ha.
5.2.1 Penerimaan Usahatani Sawit
Penerimaan usahatani sawit di Desa Talang Durian adalah sebesar Rp.6.662,173,59 per bulan dengan persentase sebesar 78,13% (Tabel 11) dari total keseluruhan penerimaan rumah tangga petani kelapa sawit.
Penerimaan usahatani sawit adalah penerimaan utama bisa dilihat dari luas lahan, jumlah produksi dan rata-rata penerimaan per bulan. Hal ini juga diungkapkan oleh petani, kelapa sawit pemeliharaan lebih mudah dan disaat harga naik penerimaan cenderung lebih besar dari beberapa penerimaan yang ada seperti penerimaan non usahatani sawit (karet) dan non pertanian (PNS, bengkel dan warung). Hasil panen usahatani sawit dilakukan dua minggu sekali, sehingga selama satu bulan bisa dua kali panen. Hal ini juga yang mengakibatkan harga jual berbeda setiap kali panen antara petani satu dengan petani yang lainya, karena setiap hari harga jual tandan buah segar (TBS) tidak selalu sama sehingga petani memerlukan penerimaan tambahan di saat harga jual kelapa sawit kecil.
5.2.2 Penerimaan Non Usahatani Sawit (Karet)
Penerimaan  non usahatani sawit (Karet) di Desa Talang Durian adalah sebesar Rp.1.353.179,49 per bulan dengan persentase sebesar 15,87% (Tabel 11) dari total keseluruhan penerimaan rumah tangga petani kelapa sawit.
Penerimaan non usahatani sawit (karet) di daerah peneliti sebagai penerimaan atau penghasilan sampingan. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 11 bahwa jumlah rata-rata penerimaan non usahatani (karet) lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan usahatani sawit. Di samping itu juga luas lahan usahatani karet lebih kecil dari usahatani sawit, luas lahan non usahatani sawit (karet) di daerah penelitian dengan rata-rata 1,15 Ha. Menurut petani cara produksinya usahatani sawit dan karet juga berbeda, usahatani karet harus setiap hari melakukan penyadapan getah karet. Sedangkan usahatani sawit cukup dua kali dalam satu bulan atau dua minggu sekali untuk memanennya. Di samping itu juga harga jual karet kadang kala tidak sesuai dengan pemeliharaannya, karena harga jual karet sering naik turun dalam hitungan hari. Pada saat penelitian rata-rata harga karet sebesar Rp. 6.000,- pada minggu pertama dan pada minggu ke tiga sebesar Rp. 6.500,-.
5.2.3 Penerimaan Non Pertanian
Penerimaan non pertanian di Desa Talang Durian adalah sebesar Rp.512.051,28 per bulan dengan persentase sebesar 6,00% (Tabel 11) dari total keseluruhan penerimaan rumah tangga petani kelapa sawit.
Penerimaan non pertanian di daerah peneliti merupakan penerimaan sampingan. Jumlah rata-rata penerimaan non pertanian lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan pertanian. Dikarenakan hanya sebagian kecil keluarga yang memiliki penerimaan non pertanian sehingga penerimaan ini sebagai penerimaan sampingan masyarakat di Desa Talang Durian.

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh setiap rumah tangga petani pada saat penelitian selama satu bulan, baik itu pengeluaran untuk pangan maupun non pangan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga petani kelapa sawit sangat tergantung pada penerimaan per bulannya. Semakin tinggi penerimaan petani maka semakin tinggi juga pengeluaran pangan dan non pangannya. Pengeluaran pangan merupakan pengeluaran pokok yang harus dipenuhi sedangkan pengeluaran non pangan adalah pengeluaran sampingan.
Pengeluaran rumah tangga di Desa Talang Durian Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Seluma disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengeluaran Rumah Tangga Petani di Desa Talang Durian
No
Jenis Pengeluaran RT
Rata-Rata (Rp/Bln)
Persentase (%)
1
Pengeluaran Pangan
1.963.333,74
49,03
2
Pengeluaran Non Pangan
2.040.948,72
50,97
Total Pengeluaran
4.004.282,46
              100,00
Sumber: Data primer diolah, 2014 (Lampiran 29)
Pengeluaran rumah tangga dihitung berdasarkan jumlah yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi hal ini terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan dan pengeluaran konsumsi non pangan. Berdasarkan Tabel 12 rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga di Desa Talang Durian yaitu sebesar Rp. 1.963.333,74 per bulan dengan persentase 49,03%, sedangkan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp. 2.040.948,72 per bulan dengan persentase 50,97%. Dari hasil penelitian bahwa konsumsi non pangan rumah tangga petani kelapa sawit lebih besar dari pada konsumsi pangan, dikarenakan rumah tangga petani kelapa sawit lebih banyak mengalokasikan pengeluaran untuk non pangan, sehingga pengeluaran non pangan  lebih besar dibandingkan pengeluaran pangan. Dapat dilihat dari jumlah persentase konsumsi non pangan lebih besar dibandingkan dengan konsumsi pangan, hal ini dikarenakan hampir semua rumah tangga petani kelapa sawit melakukan pengeluaran konsumsi pangan tetapi setiap hari juga rumah tangga mengalokasikan untuk konsumsi non pangan lebih besar sehingga jumlah persentase nya berbeda dengan jumlah rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan.
Hal ini ditunjukan semakin besar penerimaan rumah tangga, maka semakin meningkat pula konsumsi pangan dan non pangan sehingga penerimaan itu sangat erat kaitannya dengan pengeluaran. Logikanya semakin tinggi tingkat penerimaan maka tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Talang Durian akan semakin meningkat. Apabila dinilai dari sudut pandang ekonomi dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat sudah dapat dikatakan sejahtera. (Sumarwan, 1993).  Berdasarkan teori ini, maka  keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila porsi pengeluaran untuk pangan jauh lebih kecil dari porsi pengeluaran untuk non pangan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya penerimaan keluarga, karena sebagian  besar dari penerimaan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan.
5.3.1 Proporsi Pengeluaran Pangan
Konsumsi pangan adalah konsumsi utama yang harus dipenuhi dalam suatu kegiatan rumah tangga termasuk konsumsi energi dan protein, setiap rumah tangga juga tidak sama apa yang dikonsumsinya setiap hari bahkan selama penelitian. Sedangkan tingkat konsumsi energi dan protein berbeda antar keluarga. Hal ini dikarenakan perbedaan tingkat penerimaan pada setiap keluarga petani.
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal maupun beragam yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, pisikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera. Sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat. Menurut Harper et al dalam Suryono (2012) konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan.
Untuk melihat bagaimana pengeluaran pangan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian per bulan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengeluaran Pangan per Bulan
No
Jenis Pengeluaran Pangan
Rata-Rata (Rp)
Persentase (%)
1
Sayuran-Sayuran dan Buah
140.692,31
  7,17
2
Minyak Goreng
  66.769,23
  3,40
3
Bumbu-Bumbuan
188.141,03
  9,58
4
Makanan Jadi
130.487,18
  6,65
5
Rokok
423.744,00
21,58
6
Padi-Padian (Beras)
442.666,67
22,55
7
Umbi-Umbian
  33.076,92
  1,68
8
Ikan
120.641,03
  6,14
9
Daging
189.423,08
  9,65
10
Telur
  32.769,23
  1,67
11
Bahan Minuman
194.923,08
  9,93
Jumlah
        1.963.333,74
           100,00
Sumber: Data primer diolah, 2014 (Lampiran 17)
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian per bulan adalah sebesar Rp.1.963.333,74 atau dengan persentase 49,03% dari total pengeluaran rumah tangga petani kelapa sawit di daerah penelitian ini diperoleh dari pengeluaran pangan rumah tangga (Rp/bulan) dibagi dengan pengeluaran total rumah tangga (Rp/bulan) dikalikan dengan seratus persen.
Rata-rata pengeluaran paling besar terdapat pada pengeluaran padi-padian atau beras yaitu sebesar Rp. 442.666,67 dengan persentase 22,55%. Sedangkan pengeluaran paling kecil terdapat pada pengeluaran pangan telur yaitu sebesar Rp. 32.769,23 dengan persentase 1,67%. Beras merupakan makanan pokok pada setiap rumah tangga petani di daerah peneliti maupun untuk setiap masyarakat di Indonesia, sehingga pengeluaran pangan beras paling besar di bandingkan dengan pengeluaran yang lainya. Berbeda dengan pengeluran pada telur dimana makanan ini hanya sebagai makanan sampingan tidak setiap hari untuk dikonsumsi petani kelapa sawit di daerah peneliti.
5.3.2 Proporsi Pengeluaran Non Pangan
            Pengeluaran non pangan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok setelah pengeluaran pangan terpenuhi dalam sebuah rumah tangga petani kelapa sawit. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dikatakan membaik apabila penerimaan meningkat dan sebagian penerimaan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi pengeluaran non pangan didalam keluarga petani kelapa sawit.
            Setelah memenuhi pengeluaran pangan maka suatu rumah tangga juga pasti melakukan pengeluaran non pangan hal ini dapat dijadikan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan anggapan bahwa setelah kebutuhan pangan terpenuhi, kelebihan penerimaan akan digunakan untuk konsumsi non pangan. Oleh karena itu motif pengeluaran atau pola pengeluaran suatu kelompok masyarakat sangat ditentukan pada penerimaan. Secara umum dapat dikatakan tingkat penerimaan yang berbeda-beda menyebabkan keanekaragaman taraf pengeluaran suatu rumah tangga.
         Untuk melihat bagaimana pengeluaran non pangan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian per bulan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengeluaran Non Pangan per Bulan
No
Jenis Pengeluaran Non Pangan
Rata-Rata (Rp)
Persentase (%)
1
Bahan Bakar
337.897,44
            16,56
2
Listrik
  97.128,21
4,76
3
Perawatan Badan
135.820,51
6,65
4
Komunikasi/Hp
100.051,28
4,90
5
Perawatan Kenderaan Bermotor
  75.384,62
3,69
6
Pendidikan
402.256,41
            19,71
7
Kesehatan
  21.538,46
 1,06
8
Pakaian, Alas Kaki, Tutup Kepala
  32.820,51
 1,61
9
Barang-Barang Tahan Lama
  16.153,85
 0,79
10
Ansuran Kredit Motor dan Bank
            688.307,69
33,72
11
Kegiatan Sosial
 133.589,74
  6,55

Jumlah
         2.040.948,72
           100,00
Sumber: Data primer diolah, 2014 (Lampiran 28)
            Dari tabel 14 diketahui bahwa rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga petani kelapa sawit di Desa Talang Durian adalah sebesar Rp. 2.040.948,72 atau dengan persentase sebesar 50,97% dari total pengeluaran rumah tangga petani sawit di daerah penelitian. Angka ini didapat dari pengeluaran non pangan rumah tangga (Rp/bulan) dibagi dengan pengeluaran total rumah tangga (Rp/bulan) dikali seratus persen.
            Rata-rata pengeluaran non pangan paling besar terdapat pada pengeluaran Ansuran Kredit Motor dan Bank yaitu sebesar Rp. 688.307,69 dengan jumlah persentase sebesar 33,72% Sedangkan pengeluaran rata-rata paling kecil terdapat pada pengeluaran barang-barang tahan lama yaitu sebesar Rp. 16.153,85 dengan jumlah persentase sebesar 0,79%.
            Pengeluaran non pangan rumah tangga petani yang paling besar terdapat pada pajak dan premi asuransi, hal ini dikarenakan rumah tangga petani di daerah penelitian mempunyai pengeluaran setiap bulannya seperti setoran bank dan kredit motor tetapi tidak semua rumah tangga mempunyai pengeluaran pajak dan premi asuransi atau dengan kata lain hanya sebagian rumah tangga petani yang mengeluarkan nya, sehingga pengeluaran non pangan pajak dan premi asuransi merupakan pengeluaran yang paling besar di antara pengeluaran yang lainya.
                        Hal ini berbanding terbalik dengan pengeluaran barang-barang tahan lama dimana, pengeluaran ini dikeluarkan pada saat dibutuhkan membeli peralatan rumah tangga untuk disimpan dan digunakan lain waktu oleh rumah tangga petani kelapa sawit, sehingga pengeluaran ini tidak besar hanya sebagian kecil dari total pengeluaran non pangan.